Sidoarjo, Jawa Timur – Sebuah tragedi menimpa Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (8/9/2025) sore. Bangunan bertingkat yang tengah dalam proses pembangunan runtuh saat para santri bersiap mengikuti salat Ashar. Peristiwa ini menewaskan tiga orang santri, sementara puluhan lainnya sempat tertimpa reruntuhan.
Kepala Basarnas Nasional, Mohammad Syafii, menyebutkan bahwa hingga Selasa siang jumlah korban tercatat sebanyak 102 orang. Dari jumlah tersebut, 99 orang berhasil diselamatkan, sementara tiga santri dinyatakan meninggal dunia. “Sebanyak 11 orang berhasil dievakuasi dari reruntuhan, sedangkan 91 lainnya bisa menyelamatkan diri,” ujarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 77 korban luka telah dilarikan ke sejumlah rumah sakit di sekitar Sidoarjo untuk mendapatkan perawatan medis. Tim gabungan masih berjibaku di lokasi untuk memastikan tidak ada korban lain yang tertinggal.
“Prioritas kami saat ini adalah memeriksa kondisi bangunan yang tersisa, memantau struktur yang rawan roboh, serta menyiapkan jalur evakuasi yang aman bagi para korban,” tulis BNPB dalam pernyataannya di media sosial.
BNPB menegaskan insiden ini menjadi pengingat pentingnya penerapan standar keselamatan konstruksi secara ketat. “Masyarakat maupun pengelola gedung bertingkat harus memastikan adanya pengawasan teknis selama pembangunan agar kejadian serupa tidak terulang,” tambahnya.
Bangunan pesantren diketahui runtuh sekitar pukul 15.00 WIB. Menurut keterangan aparat, pilar fondasi tidak mampu menahan beban ketika pekerja tengah melakukan pengecoran lantai empat. Akibatnya, puluhan orang terjebak di bawah material bangunan yang ambruk.
Peristiwa ini menjadi gedung roboh kedua di Indonesia dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Sebelumnya, pada 3 September 2025 lalu, sebuah aula di Bogor, Jawa Barat, ambruk saat digunakan untuk acara pengajian Al-Qur’an. Dalam kejadian itu, sedikitnya tiga orang meninggal dunia dan belasan lainnya terluka.
Masyarakat setempat masih diliputi duka mendalam. Para keluarga korban mendatangi rumah sakit dan lokasi kejadian untuk mencari kabar sanak saudara mereka. Sementara itu, pemerintah daerah bersama aparat terus mengkoordinasikan bantuan bagi korban yang selamat.
Hingga kini, proses pencarian dan pembersihan reruntuhan masih terus dilakukan. Aparat berjanji akan menyelidiki lebih lanjut penyebab teknis ambruknya bangunan pesantren ini, termasuk memeriksa aspek kelayakan konstruksi dan prosedur pembangunan.
Tragedi ini sekaligus membuka kembali diskusi publik tentang pentingnya pengawasan ketat terhadap pembangunan gedung, terutama fasilitas pendidikan yang digunakan oleh banyak orang setiap harinya.
















