PDB Indonesia kuartal II 2025 diperkirakan tumbuh lebih lambat, didorong oleh lemahnya konsumsi rumah tangga meskipun ekspor meningkat.
Jakarta, 5 Agustus 2025 – Sebuah jajak pendapat terhadap 26 ekonom mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini diprediksi mencapai 4,80 % yoy, sedikit menurun dibandingkan 4,87 % di Q1, menjadikannya yang paling lambat dalam hampir empat tahun.
Perlambatan ini terutama dipicu oleh melemahnya konsumsi rumah tangga, penjualan ritel yang stagnan, dan tingkat pengangguran muda yang masih tinggi.
Namun ekspor tetap memberikan sumbangsih positif, meningkat sebesar 11,29 % pada Juni, seiring pengiriman dipercepat menjelang potensi kenaikan tarif AS.
Pemerintah merespons dengan meluncurkan paket stimulus fiskal senilai Rp 24 triliun pada Juni, mencakup insentif transportasi dan bantuan langsung tunai. Bank Indonesia juga sudah menurunkan suku bunga merespons kondisi ini.
Meski demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 diperkirakan berada di kisaran 4,8 %, jauh di bawah target 8 % yang ditetapkan Presiden.
Beberapa ekonom menyarankan skema stimulus yang lebih diarahkan kepada memperkuat daya beli masyarakat, terutama segmen menengah ke bawah dan segmen pekerja muda.
Strategi fiskal juga perlu fokus pada strategi jangka panjang untuk memperkuat basis konsumsi domestik, termasuk reformasi pajak dan insentif bagi UMKM digital.
Dampak pelemahan konsumsi ini terlihat pada sektor transportasi publik dan retail yang mulai menunjukkan grafik penurunan volume penumpang dan pembeli.
Proyeksi ini menggambarkan tantangan utama ekonomi nasional: membalik tren konsumsi melemah di tengah ketidakpastian global yang meningkat.
Langkah BI, pemerintah, dan sektor swasta tetap diharapkan untuk mengembalikan optimisme konsumsi, mendorong investasi, dan menjaga stabilitas makro.


















